Selasa, 15 Mei 2012

asal mula sisingamangaraja

Lahirnya Sisingamangaraja I

 
Kita sebagai orang Batak tentu tidak asing dengan nama Sisingamangaraja, Namun mungkin tidak banyak diantara kita yang tahu sebenarnya bagaimana gelar Sisingamangaraja itu muncul pertama sekalinya, dan siapakah orang pertama yang memegang gelar Sisingamangaraja itu sendiri ? Artikel ini akan coba membahas hal ini dengan menggunakan sumber dari buku “Toba Na Sae” karya Sitor Situmorang.

Lahirnya seorang putra Lembah Bakkara, yang kemudian menjadi Sisingamangaraja I tertuang dalam sebuah mitos. Sebagaimana halnya kebanyakan mitos, mitos Sisingamangaraja memiliki berbagai versi. Artikel ini membatasi diri pada satu versi dalam bentuk ringkasannya berdasarkan teks tradisi lisan. Pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20, tradisi lisan tersebut dicatat dalam aksara latin.
Tersebutlah seorang bernama Bona Ni Onan, bungsu dari tiga putra Sinambela. Anak bungsu ini ketika dewasa sering pergi berjalan jauh, mengembara untuk waktu yang agak lama. Suatu waktu, ketika dia pulang dari perjalanan beberapa tahun lamanya, ia mendapati istrinya Boru Borbor sedang hamil tua. Masalah kesetiaan istri timbul pula dikalangan masyarakat umum Bakkara. Dalam situasi penuh keraguan pada suatu malam sang suami bermimpi didatangi roh. Roh itu mengatakan bahwa bayi dalam kandungan isterinya adalah titisan Roh Batara Guru dan kelak menjadi raja yang bergelar Sisingamangaraja. Setelah mimpi itu, sang suami bertanya kepada isteri dan putri semata wayangnya.
Sang istri bercerita bahwa suatu kali ketika dirinya sedang mandi di tombak sulu sulu (hutan rimba) mendadak terdengar suara gemuruh dan Nampak cahaya merasuki tubuhnya. Tidak lama kemudian sang isteri mengetahui bahwa dirinya hamil. Ia yakin bahwa kehamilannya adalah buah pertemuannya dengan Roh Batara Guru. Masyarakat menerima kebenaran makna peristiwa itu. Dan setelah masa kehamilan yang sangat lama (19 bulan) istrinya pun melahirkan seorang putra. Anak itu diberi nama Manghuntal karena kelahirannya disertai badai topan dan gempa bumi dahsyat. Kata Manghuntal berarti gemuruh gempa.
Dimasa remaja Manghuntal menunjukkan tanda – tanda atau sifat – sifat ajaib yang memperkuat ramalah bahwa dirinya akan menjadi raja. Setelah dewasa ia melakukan perjalanan untuk mendapatkan pengakuan atas kesaktian yang dimilikinya. Manghuntal pergi menyebrangi samudera melewati Barus ke suatu pulau tempat Raja Mahasakti bernama Raja Uti. Tujuan dia kesana ialah untuk mendapatkan seekor gajah putih. Setelah sampai di tempat itu ia tidak dapat langsung bertemu dengan Raja tersebut. Menurut istrinya, Baginda sedang pergi melakukan perjalanan jauh dan tidak tahu entah kapan kembali.
Manghuntal memilih untuk menunggu Raja tersebut. Sambil menunggu ia ditawarkan makan oleh istri Baginda. Saat itu Manghuntal meminta sayur daun ubi rambat. Dan ketika manghuntal mengangkat sayuran di tangannya ke mulutnya dengan pandangan mengarah ke atas rumah (layaknya orang yang memakan sayur) ia melihat Raja Uti bersembunyi di atas atap rumah. Ternyata moncongnya seperti moncong babi. Raja Uti lalu turun dan bertukar sapa dengan Manghuntal. Manghuntal menyampaikan permohonannya yaitu meminta seekor gajah putih . Raja Uti menyetujuinya dengan syarat Manghuntal harus mengumpulkan dan membawakan sejumlah pertanda dari berbagai wilayah di Toba sebagai bukti kelayakannya menjadi Raja.
Manghuntal kemudian pulang ke Toba dan kembali ke Barus membawa pertanda – pertanda yang diminta. Setelah semua pertanda diberikan kepada Raja Uti, Manghuntal diberikan gajah putih dan sejumlah barang pusaka, diantaranya sebilah keris keramat yang ia beri nama Piso Gajah Dompak dan sebuah tombak yang ia namai Hujur Siringis.
Keris Piso Gajah Dompak konon hanya dapat dibuka dari sarungnya oleh orang yang memiliki kesaktian. Dan Manghuntal membuktikan kemampuannya di depan masyarakat Toba dimana ia berhasil mencabut keris ini dari sarungnya dalam upacara penobatannya sebagai Raja yang bergelar Sisingamangaraja. Berikutnya tradisi membuka sarung Piso Gajah Dompak menjadi tradisi wajib dalam memberikan gelar kepada penerus gelar Sisingamangaraja.
Sekarang Keris Piso Gajah Dompak itu menurut kabarnya berada di salah satu museum di Belanda bersama sama dengan stempel kerajaan Sisingamangaraja.
Lahirnya Sisingamangaraja I di Bakkara dapat dikatakan terhitung mulai dari Turunan yang ke-8 dari garis silsilah kira – kira sama dengan 200 – 300 tahun sesudah Si Raja Batak.
TARIKH SEJARAH BATAK
Berikut ini silsilah Sisingamangaraja dimulai dari Si Raja Batak hingga Sisingamangaraja XII. Data kelahiran diambil dari perhitungan rata – rata 1 generasi yaitu 30 tahun.
  1. Si Raja Batak (Lahir tahun 1305)
  2. Raja Isombaon (1335)
  3. Tuan Sori Mangaraja (1365)
  4. Tuan Sorba Dibanua (1395)
  5. Si Raja Oloan (1425)
  6. Toga Sinambela (1455)
  7. Raja Bona Ni Onan (1485)
  8. Raja Manghuntal / Sisingamangaraja I (1515)
  9. Raja Tinaruan / Sisingamangaraj II (1545)
  10. Raja Itubungna / Sisingamangaraja III (1575)
  11. Sori Mangaraja / Sisingamangaraja IV (1605)
  12. Ampallongos / Sisingamangaraja V (1635)
  13. Amangulbuk / Sisingamangaraja VI (1665)
  14. Ompu Tuan Lombut / Sisingamangaraja VII (1695)
  15. Ompu Sotarunggal / Sisingamangaraja VIII (1725)
  16. Ompu Sohalompoan / Sisingamangaraja IX (1755)
  17. Ompu Tuan Na Bolon / Sisingamangaraja X (1785)
  18. Ompu Sohahuaon / Sisingamangaraja XI (1815)
  19. Patuan Bosar / Sisingamangaraja XII (1845)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar